Bagaimana Kisah #suksesmu
Bisnis tak melulu soal keuntungan materi. Kepuasan batin dengan menebar manfaat kepada sekitar juga bisa menjadi tujuan. Hal itu yang diterapkan Triana Rahmawati. Tria, begitu ia akrab di sapa. Perjalanan bisnisnya dimulai dari mendirikan komunitas bernama Griya Schizofren. Griya berarti rumah, sedangkan Schizofren adalah kepanjangan dari SC=Social HI=Humanity FREN: Friendly. Dapat diartikan Griya Schizofren adalah rumah untuk kepedulian sosial, dengan semangat kemanusiaan, dan membangun prinsip persahabatan bagi Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK).
Semuanya bermula saat Tria kuliah di jurusan Sosiologi Universitas Sebelas Maret (UNS). Tak jauh dari kampusnya ada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dan disekitar tempat tinggalnya adalah panti rehabilitasi bagi orang dengan masalah kejiwaan. Dari sanalah ia berusaha mencari tempat untuk mengajak anak muda lebih peduli, tempat pertama yang menerima kepeduliannya adalah Griya PMI Peduli milik PMI Surakarta. ”Mereka manusia, terkadang lupa dimanusiakan. Mereka masyarakat, tapi juga alpa untuk di masyarakatkan. Anak muda harapannya dapat memutus rantai ketidakpedulian ini.” katanya.
Dari sanalah ia mulai membuat aktivitas bersama dengan komunitasnya untuk berkegiatan bersama dengan warga ODMK di Griya PMI Peduli Surakarta. Kegiatannya seperti kelas bermusik, Kelas Eat & Fun, Kelas bernyanyi, kelas menggambar, kelas mendongeng dan kelas mewarnai. Dari relawanlah terbesit ide untuk mulai menjual hasil gambar para ODMK dengan cara berkolaborasi dengan bisnis souvenir yang sudah Tria geluti sejak lulus kuliah pada tahun 2015. Akhirnya kolaborasi karya para warga yang mengalami masalah kejiwaan dengan bisnis Tria ini di resmikan pada tahun 2018 dengan nama SOLVE (Souvenir & Love). Bukti bahwa setiap orang bisa berkarya termasuk Orang Dengan Masalah Kejiwaan yang kerap di stigma negatif dan dianggap tidak bisa berkarya karena kesehatannya.
Dari produk souvenir yang dihasilkan yang paling laku dipasaran adalah souvenir pernikahan. Makin banyak client yang memesan souvenir dan ingin dicantumkan sejarah dari produk tersebut dibuat oleh orang dengan masalah kejiwaan. Ternyata masyarakat memiliki kebanggaan pada produk yang dihasilkan oleh orang-orang yang selama ini tertutup oleh stigma buruk karena kurangnya informasi tentang masalah kejiwaan. Adapun keuntungan dari penjualan dikembalikan ke Griya Schizofren untuk diberikan kepada Griya PMI Peduli guna menunjang kesejahteraan para warganya yang mayoritas adalah ODMK.
Berkat social enterprise yang digeluti, Tria masuk menjadi finalis Diplomat Success Challenge (DSC) 2018 yang diinisiasi Wismilak Foundation. DSC merupakan program kompetisi kewirausahaan yang memberikan kesempatan kepada kaum muda Indonesia yang berani berwirausaha sembari memberi dampak positif bagi lingkungan sekitar. Tak tanggung-tanggung total hibah modal usaha yang disiapkan Diplomat Success Challenge 2018 bagi para pemenangnya adalah sebesar Rp 2 miliar.
Bahkan, tidak hanya menyediakan modal usaha saja, kompetisi yang konsisten berjalan rutin setiap tahun sejak 2010 itu juga memberikan mentoring dan networking bagi para finalisnya. ”Saya masukin proposal itu di menit akhir, jadi nggak nyangka kalau bisa terpilih. Terharu banget, di DSC memberikan dukungan positif atas apa yang saya lakukan selama ini” katanya.
Kebahagiaan itu tak berhenti di situ saja. Bertemu dengan orang-orang hebat di bidangnya membuat Tria makin termotivasi untuk hidup lebih bermanfaat. ”Saya diajarkan dengan detail oleh para mentor bahwa bisnis sosial ini adalah bisnis yang mulia. Maka harus dikelola secara profesional agar bisa lebih memberi banyak dampak bagi penerima manfaatnya.”
Perjalanan Tria dan para finalis DSC 2018 lainnya dapat diikuti setiap hari Minggu pukul 22.00 WIB di TVOne dan TVRI.
Tria telah membuktikan, kepedulian terhadap lingkungan sekitar bisa mengantarkan pada tangga kesuksesan. Bagaimana kisah #suksesmu?