Lewat Kafe Damai, Habib Husein Sukses Ajak Masyarakat Bersholawat
Bagaimana Kisah #suksesmu?
Kecintaan Husein Albi Yahya Al Jufry pada sholawat sudah berlangsung sejak anak-anak. Bahkan, dia kerap diminta untuk memimpin kegiatan sholawatan di berbagai daerah. Termasuk ketika memutuskan untuk pindah dari Semarang ke Kudus.
Undangan mengisi sholawatan dan pembacaan manaqib terus berdatangan. Karena melihat hal itu, tetangga baru pria yang akrab disapa Habib Husein itu menyampaikan, “Habib kok mengisi sholawatan dan pembacaan manaqib di luar saja? Desa sendiri nggak pernah dibikinkan acara sholawatan dan pengajian,” katanya.
Dari situlah akhirnya Habib Husein, di sela kesibukannya, juga menyelenggarakan kegiatan sholawatan rutin di rumah. Meski didukung banyak warga, tetapi di awal pelaksanaannya ada saja masyarakat yang mencibir kegiatan itu. ”Namun kita tidak hiraukan. Justru cibiran itu jadi pemacu semangat untuk terus berdakwah,” katanya.
Untuk majelis pengajiannya, Habib memberi nama Kafe Damai. Itu diambil dari Bahasa Arab Kafa Bidda Imaini, yang artinya secara awam adalah cukup dengan dua hal yaitu membiasakan diri membaca dzikir dan sholawatan sebagai bekal kehidupan.
“Harapan saya cuma satu, orang-orang mau terus bersholawat agar tercipta harmoni dan kedamaian di dunia ini,” kata pria yang termasuk tokoh dalam program Retrospection of Success yang diinisiasi Wismilak Diplomat.
Awal-awal mendirikan majelis sholawat, yang ikut bisa dihitung dengan jari. Namun, setelah dijadikan agenda rutin tiap malam Rabu Pon, kini jumlah jamaah membludak. Mencapai ratusan orang.
Saat ditanya apa arti kesuksesan, Habib menjawab ketika apa yang dilakukan manusia mendapat ridho Allah itu berarti sukses. ”Serta jangan lupa menebar manfaat pada sekitar,” katanya.
Terus berbenah dan tidak terlalu memperdulikan omongan orang lain membuat Habib Husein sukses. Bagaimana kisah #suksesmu?